Jumat, 13 Februari 2009

Bukan Superstar (Bg. I)

BAGIAN I
FANTASTIC FOUR


Pagi hari pukul 07.10 suasana sekolah ini sudah berbeda dengan sekolah-sekolah lain pada umumnya. Sebelum pukul 07.00 para guru-guru telah datang lebih dulu, dan tidak jarang juga didahului oleh para siswa-siswanya. Pukul 7.20 kegiatan belajar mengajar pun dimulai dengan sharing antara para siswa dan wali kelasnya. Sekolah ini memang berbeda dengan sekolah-sekolah lain pada umumnya. Kalau sekoah-sekolah lain melaksanakan kegiatan belajar mengajara dari pukul 07.30 sampai pukul 13.30 maka sekolah ini kegiatanya dimulai pukul 07.20 sampai 16.00. Pengajaran yang dilakukan pun berbeda, dimana lebih menekankan pada pengembangan diri siswa serta pelajaran agama Islam yang lebih dominan selain dari pelajaran-pelajaran umum yang telah diwajibkan oleh DEPDIKNAS, mulai dari pembinaan dan pengembangan bakat, akhlak, penghafalan Al-Quran, sampai penggunaan teknologi Informasi. Tidak heran walaupun biaya untuk sekolah itu melampaui biaya seorang Mahasiswa yang kuliah di Perguruan Tinggi Negeri bahkan Swasta tapi para orang tua tetap sangat menginginkan anakanya untuk menimba ilmu di sekolah tersebut. Diantara para orang tua itu terdiri dari para pejabat anggota dewan sampai pengusaha kaya di Makassar.
Sebagai anak seorang petani di desa mungkin untuk bersekolah di tempat itu adalah sebuah keinginan yang hanya terkabul dalam mimpi. Tapi ternyata keinginan itu bisa kuperoleh tanpa bermimpi. Seorang kerabat di Makassar sebut saja namanya Bapak H. Syamsuddin bersedia untuk membiayai semua biaya sekolahku dan menempatkan aku di sekolah Islam tersebut. Bersama dengan anaknya Ahmad aku didaftarkan di sekolah tersebut. Ahmad sudah mengenyam pendidikan di sana sejak kelas satu SD dan melanjutkan ke tingkat SMP pada sekolah yang sama. Sekolah itu memang terdiri dari SD dan SMP jadinya pengajaran di sekolah itu hanya bisa kukecap setelah aku tamat SD di desa

download lengkap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar