Selasa, 01 Desember 2009

PITIRIASIS ALBA

I. PENDAHULUAN
Pitiriasis Alba (PA) merupakan suatu kelainan kulit yang biasanya terdapat pada anak-anak dan dewasa muda. Yang ditandai dengan adanya gambaran hipopigmentasi bulat sampai oval, makula halus. Bercak dalam berbagai ukuran biasanya diameternya beberapa centimeter, berwarna putih (tetapi bukan depigmentasi) atau merah muda terang. Biasanya bercak tampak jelas, tetapi mungkin dan sedikit meninggi diluar area hipopigmentasi.
Lokasi predileksi meliputi muka, leher dan lengan bagian atas. Lesi hipopigmentasi ini menjadi lebih nyata setelah terkena sinar ultra violet. Evaluasi terhadap jamur biasanya dilakukan untuk menyingkirkan tinea versicolor atau suatu dermatofitosis.

II. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, meskipun insiden terjadinya belum bisa dijelaskan secara pasti, bahwa pada sepertiga dari jumlah anak-anak usia sekolah mungkin menderita kelainan ini. Pitiriasi alba bukanlah penyakit musiman, tetapi biasanya muncul pada musim dingin dimana kondisi udara di dalam rumah relatif lebih kering. Sebagai tambahan, paparan sinar matahari bisa membuat lesi lebih jelas pada musim semi dan musim panas.
Secara internasional, pada suatu penelitian terhadap 9955 anak sekolah usia 6 – 16 tahun yang tinggal di daerah tropis, tingkat prevalensi Pitiriasis alba sekitar 9,9 %.
Pitiriasis alba bisa mengenai semua ras, pada suatu studi ditemukan timbulnya sedikit lebih tinggi pada orang-orang yang berkulit lebih terang. Dan kebanyakan lebih banyak mengganggu dari segi kosmetik pada orang yang berkulit lebih gelap. Tingkat kejadian pada anak laki-laki dan perempuan sama, dan biasanya mengenai anak-anak yang berusia 3 – 16 tahun, 90 persen kasus ini terjadi pada anak yang berusia di bawah 12 tahun. PA kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa.

III. ETIOLOGI
Penyebab pasti Pitiriasis alba belum diketahui secara pasti, kulit yang kering sering diperburuk oleh lingkungan kering yang dingin dan nampak seperti suatu faktor umum. Lesi terutama nampak berlawanan dengan kulit hitam dan kelihatan lebih jelas akibat paparan sinar matahari pada musim semi dan musim panas. Keadaan ini tidak menular dan belum ditemukan penyebab penyebaran penyakit ini.
Gambaran hipopigmentasi bisa terjadi karena penyebab lain seperti oleh jamur (misalnya, tinea versicolor), adanya inflamasi sebelumnya (misalnya, hipopigmentasi post inflamasi) atau gangguan idiopati (misalnya, vitiligo) atau mungkin akibat efek samping pengobatan seperti asam retinoic, benzoil peroksida dan steroid topikal.

IV. PATOGENESIS
Pada suatu studi terhadap 9 pasien dengan pitiriasis alba yang luas, kepadatan dari fungsi melanosit dikurangi dalam area yang terpengaruh tanpa perubahan dalam aktivitas sitoplasma. Melanosom cenderung lebih sedikit dan lebih kecil, tetapi distribusinya terpola dalam keratinosit normal.
Perpindahan melanosom ke keratinosit biasanya tidak terganggu. Gambaran histologinya tidak spesifik. Hiperkreatosis dan parakreatosis tidak memperlihatkan secara konsisten, dan keduanya nampaknya mau tidak mau tetap memegang peranan penting dalam patogenesis hipomelanosit. Suatu derajat variable dari edema interseluler dan lemak intrasitoplasma droplet ada. Hipopigmentasi mungkin terutama terkait dengan pengurangan jumlah melanosit yang aktif dan penurunan ukuran dan jumlah melanosom dalam kulit yang terpengaruh.

V. GAMBARAN KLINIS
Pitiriasis alba umumnya asimptomatis, tetapi mungkin saja sedikit gatal. Pasien biasanya akan mengalami tiga tahapan : lesi papula eritem, lesi papula hipokrom, dan lesi smooth hipokrom. Aspek riwayat penyakit meliputi :
Riwayat keluarga atau pasien seperti sakit asma, demam karena alergi atau eksema dalam area yang sesuai ciri khas dermatitis atopik. Pitiriasis alba merupakan temuan nonspesifik yang biasanya dihubungkan dengan dermatitis atopik.
Pasien mungkin punya riwayat eksim atau ruam yang dulu di area hipopigmentasi. Iritasi kulit yang timbul oleh berbagai penyebab dapat sembuh dan menimbulkan hipopigmentasi postinflamatory. Pengobatan utama dengan steroid topical bisa menimbulkan hipopigmentasi. Pasien mungkin teriritasi atau dermatitis kontak iritan terhadap berbagai krim topical, lotion dan obat-obatan. Ketika dihentikan dan area pemulihan dari dermatitis kontak, maka suatu area hipopigmentasi postinflamatory bisa terjadi.
Pitiriasis alba ditandai dengan hipopigmentasi, bulat sampai oval, bercak makula di daerah muka, lengan bagian atas, leher, atau bahu. Kaki dan tangan lebih sedikit terkena. Lesi dalam berbagai ukuran, pada umumnya berdiameter 1 - 4 centimeter. Pasien biasanya memiliki jumlah lesi sekitar 4 atau 5 sampai 20 atau lebih.






Pada sekitar setengah dari semua pasien, luka terbatas di daerah muka. Pada anak-anak, lesi lebih sering pada muka yaitu area sekitar mulut, dagu dan pipi. Sekitar 20% anak-anak yang menderita terkena di daerah leher, lengan dan bahu sebagai tambahan terhadap muka.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pengujian dengan kalium hidroksida (KOH) dilakukan untuk menyingkirkan kelainan kulit lain seperti tinea versicolor, tinea faciei, atau tinea korporis.
Penemuan secara histology, biopsi kulit umumnya tidak terlalu membantu dalam menetapkan diagnosis, namun mungkin saja diindikasikan jika diagnosis mikosis seperti jamur (cutaneous T-cell lymphoma).
Hanya sedikit kasus yang dilaporkan secara histologi, biasanya gambaran mikroskopik dari pitiriasis alba terlihat seperti suatu dermatitis kronik non spesifik. Studi histologi mengungkapkan gambaran yang sugestif, walaupun bukan patognomonik mengenai hasil diagnosis itu. Diagnosis pitiriasis alba secara histopatologi mungkin diusulkan ketika corak yang diamati dalam suatu spesimen biopsi diambil dari lesi kulit dengan papula follikuler :
- pigmentasi yang tidak teratur dari melanin
- follicular plugging
- follicular spongiosis
- kelenjar sebasea yang artropi
Pada mikroskop elektron, terlihat jumlah melanosit yang aktif berkurang dan ukuran serta jumlah melanosom berkurang dalam kulit yang terpengaruh.




VII. DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis penderita yang dicurigai pitiriasis alba dapat dilakukan anamnesis terhadap riwayat sebelum timbulnya gejala seperti riwayat keluarga, riwayat makanan, obat-obatan serta faktor lingkungan yang mungkin menjadi faktor penyebab timbulnya kelainan kulit, serta pemeriksaan fisis terhadap kelainan kulit yang timbul dengan mengidentifikasi effloresensi serta lokalisasi terjadinya lesi.
Untuk menyingkirkan berbagai diagnosa banding yang mungkin menyerupai gejala pada pitiriasis alba ini dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti pengujian kalium hidroksida (KOH) untuk menyingkirkan tinea versicolor dan beberapa pemeriksaan penunjang lainnya. Setelah melewati tahapan tersebut maka diagnosis pitiriasis alba dapat ditegakkan.

VIII. DIAGNOSIS BANDING
- Atopic Dermatitis
- Contact Dermatitis
- Pityriasis Rosea
- Tinea Versicolor
Beberapa masalah yang bisa menjadi bahan pertimbangan adalah :
Hipopigmentasi akibat jamur, pada beberapa proses inflamasi pada kulit seperti dermatitis kontak dapat meninggalkan bekas hipopigmentasi setelah penyembuhan, ini bisa terjadi pada kelainan kulit lainnya misalnya yang disebabkan oleh jamur (seperti tinea versicolor), keadaan inflamasi sebelumnya (postinflammatory hypopigmentation) atau gangguan idiopatik (seperti vitiligo). Hipopigmentasi juga bisa terjadi sebagai akibat efek samping dari pengobatan seperti penggunaan asam retinoic, benzoil peroksida dan steroid topikal.
Nevus depigmentosus, bentuk nevus depigmentosus yang pada kulit harus dibedakan dengan noda di daun. Manifestasi kulit yang paling awal dari tuberous sklerosa, sedangkan bentuk yang teratur mungkin terganggu oleh hipomelanosis ilo, gangguan neurokutaneus yang lain.
Eksema nummular, eksema nummular yang sangat gatal.
Pigmenting Pitiriasis alba, keadaan ini nampak seperti variasi dari pitiriasis alba klasik. Memperlihatkan suatu kaitan dengan infeksi jamur terutama tinea kapitis. Ciri khas dari bentuk pigmen pitiriasis alba suatu area pusat yang hiperpigmentasi dan dikelilingi oleh bentuk yang sedikit bersisik dan hipopigmentasi.
Psoriasis, pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih tua, awal lesi eritem dari pitiriasis alba mungkin menyebabkan salah pengertian terhadap psoriasis, bagaimanapun, distribusi, tanpa adanya makula dan sedikit di kulit kepala, siku dan lutut meniadakan diagnosis ini.
Tinea versicolor , lesi tinea versicolor biasanya terdapat pada lengan atas / bahu anak remaja. Pengujian kalium hidroksida terhadap makula menunjukkan bentuk jamur Malassezia furfur.
Vitiligo, merupakan suatu gangguan yan didapat, berlawanan dengan nevus depigmentosus dimana leukoderma sejak lahir stabil. Muka adalah suatu lokasi umum untuk vitiligo, tetapi distribusi paling umum di sekitar mulut atau mata, dan, berlawanan dengan pitiriasis alba, kehilangan pigmen lengkap.

IX. PENATALAKSANAAN
Tidak ada perawatan khusus, tetapi dengan moisturizing cream bisa membantu memperbaiki penampilan kulit yang kering . Jika makula gatal atau merah, steroit dapat digunakan untuk beberapa hari. Kerusakan dengan menggunakan pengobatan simptomatik dengan kream khusus umumnya terlihat bersih, tetapi dapat kembali.
Pitiriasis alba yang luas bisa dijadikan oleh ahli kulit untuk kemungkinan pemberian Pulsed Ultra Violet A (PUVA). Untuk mencegah timbulnya kembali bercak, sewaktu kulit sudah normal, digunakan obat kulit berupa cairan dan moisturizers untuk membantu kembalinya kelainan kulit.. Tidak digunakan hidricortisone 1% pada muka untuk waktu yang lama tanpa ada persetujuan dari dokter.

X. PROGNOSIS
Pitiriasis alba biasanya sembuh sendiri dan pasien asimptomatis, penampilan kosmetik mungkin menjadi suatu masalah bagi pasien anak, tetapi lebih mungkin menjadi masalah dengan orang tuanya. Prognosisnya baik, dengan repigmentasi yang lengkap diharapkan tidak ada efek sisa yang bersifat jangka panjang. Dengan penanganan bisa memperpendek jangka waktu dari lesi hanya beberapa minggu pada kasus tertentu.
XI. KESIMPULAN
Pityriasis Alba adalah suatu kelainan kulit yang penyebabnya tidak diketahui. Biasanya terjadi pada anak-anak dan remaja yang ditandai dengan hipopigmentasi, bulat sampai oval Lesi dalam berbagai ukuran, pada umumnya berdiameter 1 - 4 centimeter. Pasien biasanya memiliki jumlah lesi sekitar 4 atau 5 sampai 20 atau lebih. Warna kulit secara berangsur-angsur akan kembali dengan sepenuhnya ke normal. Makula Pityriasis alba menjadi lebih nyata di musim panas, juga pada musim dingin tapi lebih sering terpapar sinar matahari. Makula ini pada umumnya terjadi pada muka. Juga bisa terjadi di leher, lengan atas dan bahu.
Pada umumnya tidak ada perawatan khusus untuk pitiriasis alba, akan tetapi pada makula yang gatal atau eritem dapat digunakan steroid tetapi tidak untuk waktu lama. Pemberian Pulsed Ultra Violet A (PUVA) juga dapat diberikan untuk pitiriasis alba yang luas.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

jenis cream apa untuk pengobatan penyakit ini

Unknown mengatakan...

jenis cream apa untuk pitiriasis alba,,, apa ada merk obat tertentu,, kalau tumbuhan herbal yang untuk mengobati penyakit ada atau tidak