Kualitas Sebagai Alternatif
Peningkatan Daya Saing
Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan poduk, manusia, tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memiliki atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen
Berikut ini akan diulas dan dipaparkan peranan kualitas sebagai alternatif peningkatan daya saing
KOMPONEN PENUNJANG DAYA SAING
Telah dijelaskan pada pengantar bahwa kualitas menggambarkan potensi yang dimiliki, dalam rangka persaingan sepantutnya memahami dan menghayati apa saja yang menjadi komponen penunjang daya saing tersebut. Komponen tersebut akan menjadi acuan dalam memasuki dunia persaingan yang begitu sangat ketat yang terdiri dari tiga (3) komponen yaitu:
Kebijakan : merupakan keputusan yang harus diambil organisasi untuk memenangkan persaingan. Tanpa kebijakan berarti belum melangkah menuju ke medan perang, dan sumber daya apa saja yang harus digunakan untuk merebut kemenangan. Berkualitas tidaknya kebijakan akan menentukan kemenangan di medan perang. Pembuatan kebijakan akan sangat menentukan sasaran jangka pendek maupun sasaran jangka panjang dari suatu organisasi.
Teknologi : termasuk salah satu komponen penunjang daya saing. Memasuki era globalisasi dan era informasi saat ini, teknologi khususnya teknologi informasi menjadi komponen utama untuk memenangkan persaingan. Sering juga disebut sebagai era teknologi informasi, karena tanpa teknologi informasi akan lenyap karena kejamnya persaingan.
Sumberdaya Manusia: sebagai bagian komponen penunjang daya saing, termasuk yang menentukan guna memenangkan persaingan di era saat ini. Sumberdaya manusia yang berkualitas menjadi pilihan atau rebutan dari sesuatu organisasi. Organisasi yang sangat membutuhkan SDM yang berkualitas menjadikan persaingan dalam memperebutkannya, dengan segala fasilitas yang ditawarkan untuk maksud tersebut. Kompetensi yang dimiliki SDM akan sangat menentukan derap langkah suatu organisasi menuju medan persaingan, sehingga SDM sebagai komponen utama memasuki era saat ini.
BUDAYA KUALITAS SEBAGAI PENUNJANG DAYA SAING
Kualitas yang telah disepakati dalam suatu organisasi akan menjadi budaya dalam organisasi tersebut, untuk menuju kondisi tersebut memerlukan proses pergerakan ataupun perlawanan para anggota organisasi tersebut. Proses menuju budaya kualitas sebagai berikut :
Mekanisme perubahan budaya
Proses ini memerlukan tahapan–tahapan apakah jangka pendek maupun jangka panjang, semuanya sangat tergantung warga organisasi. Tahapan perubahan yang cepat dan lambat semuanya akan terdapat untung dan rugi bagi organisasi, yang terpenting kesiapan semua anggota organisasi sehingga mekanisme dapat berjalan dengan lancar. Warga organisasi yang bertekad dan komitmen membangun kualitas memerlukan waktu yang tidak terlalu lama, yang penting menyadari saat ini telah berada di era globalisasi yang penuh dengan persaingan. Untuk memenangkan persaingan dibutuhkan SDM yang berkualitas, karena SDM yang berkualitas yang mampu menghadapi dan memenangkan persaingan. Dengan demikian mekanisme perubahan budaya menjadi budaya kualitas suatu keharusan guna tidak tersisihkan dari persaingan dan guna memenangkan. Misalnya suatu perguruan tinggi yang menganut budaya tradisional menuju budaya kualitas dalam proses belajar mengajar. Proses pembelajaran yang menggunakan transfaransi menuju menggunakan/berbasis teknologi informasi. Mekanisme perubahan ini biasanya akan mendapat perlawanan dari dosen-dosen yang senior/tua, karena perubahan tersebut membuat dosen senior/tua akan tersiksa. Inventarisasi pada masing-masing perguruan tinggi mengenai perubahan budaya akan berbeda-beda sangat tegantung karakteristiknya
Penolakan terhadap perubahan budaya
Penjelasan di atas telah menggambarkan mekanisme perubahan budaya kemungkinan mulus dan tidak mulus perubahannya. Perubahan budaya yang mulus mungkin proses waktu dapat cepat atau lambat, sedangkan perubahan budaya yang tidak mulus akan melalui pertentangan yang lama. Kedua hal tersebut mengandung penolakan, kalau yang mulus unsur penolakan tidak terlalu lama dan yang tidak mulus unsur penolakan cukup lama dan dapat terjadi pertentangan selamanya.
Pembentukan budaya kualitas
Penjelasan di atas menggambarkan bagaimana sulitnya mekanisme perubahan budaya dan penolakan terhadap perubahan budaya. Manusia pada umumnya tidak mau berubah karena sudah merasa enak, dan kalau sudah duduk malas untuk bangun. Diperlukan komitmen anggota organisasi terhadap perubahan budaya tradisional menjadi budaya kualitas, memerlukan proses sosialisasi yang lama, dituntut kesabaran dan sebagainya. Kesediaan warga organisasi menjadi tumpuan dalam pembentukan budaya kualitas, dan terdapat 8 langkah pembentukan budaya kualitas yaitu: (1) mengidentifikasi perubahan yang dibutuhkan, (2) menuliskan perubahan-perubahan yang direncanakan, (3) mengembangkan suatu rencana untuk melakukan perubahan, (4) memahami proses transisi emosional, (5) mengidentifikasi orang kunci dan menjadikan mereka pendukung perubahan, (6) menerapkan heart and minds approach (level emosional dari pada level intelektual), (7) menerapkan strategi courtship (kemesraan), dan (8) memberikan dukungan
BERFOKUS PADA BUDAYA KUALITAS
Berfokus pada budaya kualitas akan berkaitan dengan pelanggan sebagai pemakai kualitas tersebut, juga terkait dengan kepuasan pelanggan sebagai pemakai jasa kualitas tersebut dan memahami kebutuhan pelanggan internal (dalam organisasi) dan pelanggan eksternal ( luar organisasi) dan pembentukan fokus pada pelanggan.
Keempat hal tersebut sangat penting dipahami dan dihayati dalam rangka fokus pada budaya pelanggan.
Konsep pelanggan : menggambarkan pandangan tradisional terhadap hubungan pemasok dan pelanggan. Dan pandangan TQM terhadap hubungan pemasok dan pelanggan, sebagai konsep ketergantungan yang penting dalam hubungan pemasok dan pelanggan
Kepuasan pelanggan: menggambarkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dan para pelanggan, dan medorong terciptanya loyalitas pelanggan serta memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang sehingga laba yang diperoleh dapat meningkat
Kebutuhan pelanggan internal dan pelanggan eksternal : untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang akan memperkirakan hasil, mengembangkan perencanaan untuk mengumpulkan informasi, menganalisis hasil, memeriksa kesahian, dan mengambil tindakan
Pembentukan fokus pada pelanggan: melalui visi , komitmen dan rencana; penjajaran dengan pelanggan, mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan pelanggan, memanfaatkan informasi dari pelanggan, mendekati pelanggan, kemampuan kesanggupan dan pemberdayaan karyawan serta penyempurnaan produk/proses secara terus menerus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar